Mata Kuliah: Dosen
Pengampu:
Sejarah
Peradaban Islam Hj.
Dra. ILMIYATI,M.Ag
PERADABAN ISLAM DI JAMBI
Di Susun Oleh:
DELLA WILZA NOVISKA
: 11810420869
PROGRAM
STUDI BAHASA INGGRIS
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2018
PEKANBARU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sejarah Peradaban Islam Semester ke-1 tahun 2018/2019.
Berkat rahmat
dan karuniaNya, serta di dorong kemauan yang keras disertai kemampuan
yang ada, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang ” Peradaban
Islam di Jambi”.
Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena keterbatasan ilmu dan
pengetahuan, maka kritik dan saran yang membangun, sangat saya harapkan demi
kebaikan dimasa mendatang dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
Pekan
baru, November 2018
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 3
A.
LATAR BELAKANG.......................................................................................3
B.
RUMUSAN MASALAH................................................................................. 3
C.
TUJUAN MASALAH......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 4
1.
ASAL USUL....................................................................................................4
2.
SEJARAH
PERADABAN.............................................................................. 5
3.
HASIL PERADABAN.....................................................................................7
4.
MASA KERAJAAN DAN
PENYEBAB RUNTUH.......................................8
5.
PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN...............................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 15
KESIMPULAN................................................................................................................ 15
SARAN............................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 16
PENDAHULUAN
BAB I
a. Latar belakang
Salah satu hal yang tak di lepaskan
dari provinsi adalah asal mula pemberian nama provinsinya dan bagaimana
peradaban itu sendiri dimulai. Peradaban merupakan budaya, seni, adat istiadat,
prilaku, kebiasaan dan lain nya yang menjadi sebuah cara hidup masyarakat
setempat. Peradaban memberikan dampak atau perubahan yang besar bagi kehidupan
masyarakat, melalui peradaban lah di sebar luarkan agama, pendidikan, adat,
budaya dan lain lain. Peradaban juga menghasilkan sesuatu yang mencirikan
daerah tersebut. Misalnya di jambi ada candi muaro jambi yang merupakan hasil
peninggalan dari peradaban. Peradaban juga memberi pengaruh sikap dan kebiasaan
masyarakat setempatnya.
b. Rumusan masalah
1. Bagaimana asal usul nama Jambi?
2. bagaimana sejarah peradaban di Jambi?
3. Apa hasil dari peradaban Jambi?
4. bagaimana pendidikan di jambi?
5. Apa penyebab kemunduran kerajaan di Jambi?
c. Tujuan penulisan
1. Mengetahui asal usul nama Jambi
2. Mengetahui bagaimana sejarah peradaban di Jambi
3. Mengetahui hasil dari peradaban Jambi
4. Mengetahui bagaimana pendidikan di jambi
5. Mengetahui penyebab kemunduran kerajaan di Jambi
PEMBAHASAN
BAB II
1. ASAL USUL PEMBERIAN
NAMA JAMBI
Ada beberapa versi
tentang awal pemberian nama jambi, antara lain:
Nama Jambi muncul
sejak daerah yang berada di pinggiran sungai batanghari ini dikendalikan oleh
seorang ratu bernama Puteri Selaras Pinang Masak, yaitu semasa keterikatan
dengan Kerajaan Majapahit. Waktu itu bahasa keraton
dipengaruhi bahasa Jawa, di antaranya kata pinang disebut jambe.
Sesuai dengan nama ratunya “Pinang Masak”, maka kerajaan tersebut
dikatakan Kerajaan Melayu Jambe.Lambat laun rakyat setempat umumnya
menyebut “Jambi”.
Kemungkinan
besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan baru, pohon pinang
banyak tumbuh di sepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang
dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
Berpedoman
pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipelbahwa Kerajaan Melayu Jambi dariabad 7 s.d. abad 13 merupakan bandar
atau pelabuhan dagang yang ramai. Di sini berlabuh kapal-kapal dari
berbagai bangsa, seperti:Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan
Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis
olehChaniago menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam
pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewaniberlayar
bersama suaminya dengan kapal niaga Mesir ke Arab, dan tidak kembali. Pada
waktu lain, seorang putri Melayu lain bernama Ratna Walibersama suaminya
berlayar ke Negeri Arab, dan dari sana merantau keRuhum Jani dengan kapal
niaga Arab. Kedua peristiwa dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan
antara orang Arab dan Mesir dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan
komunikasi dan interaksi secara akrab.
Kondisi
tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin berasal
dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan
Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada
masa itu sebagai ”Jambi”, ditulis dengan aksara Arab: , yang secara harfiah
berarti ’sisi’ atau ’samping’,secara kinayah (figuratif)
bermakna ’tetangga’ atau ’sahabat akrab’.
Kata Jambi ini
sebelum ditemukan oleh Orang Kayo Hitam atau sebelum disebut Tanah
Pilih, bernama Kampung Jam, yang berdekatan dengan Kampung Teladan, yang
diperkirakan di sekitar daerah Buluran Kenali sekarang. Dari kata Jam
inilah akhirnya disebut “Jambi”.
Menurut teks
Hikayat Negeri Jambi, kata Jambi berasal dari perintah seorang raja yang
bernama Tun Telanai, untuk untuk menggali kanal dari ibukota kerajaan
hingga ke laut, dan tugas ini harus diselesaikan dalam tempo satu jam. Kata jam
inilah yang kemudian menjadi asal kata Jambi.[1]
2. SEJARAH PERADABAN JAMBI
Secara geografis, proses kedatangan Islam
ke Indonesia sangat berkaitan dengan kedatangan Islam ke Jambi. Kehadiran para
pedagang Islam yang singgah di berbagai pelabuhan sepanjang pesisir timur pulau
Sumatra, yang merupakan satu-satunya jalur paling strategis pelayaran perdagangan
Timur Tengah–India–Tiongkok dan sebaliknya, menjadikan daerah-daerah yang
berada di sepanjang pesisir timur pulau Sumatera dan sepanjang Selat Malaka
memiliki peran penting, karena di daerah-daerah tersebut seluruh kapal dapat
singgah guna mendapatkan suplai air minum dan barang-barang perbekalan lainnya.[2]
Ornamen
masuknya Islam di Jambi dimulai dari pesisir Timur. Cerita Datuk Paduka Berhalo
dan Rangkayo Hitam masih hidup dan dianggap sebagai Raja yang menganut agama
Islam. Datuk Paduka Berhala dan Rangkayo Hitam merupakan Raja yang berkuasa di
jalur perdagangan Selat Malaka. Posisi Jambi, Muara Zabag dan Pulau Berhala
dalam lintasan selat Malaka membuat posisi keduanya begitu penting (abad 12-18
M).
Sejarah
masuknya Islam di Jambi tidaklah tunggal. Teori islam berasal dari Arab, Teori
Persia dan Teori India bahkan Hadratul Maut, Yaman menjadikan wacana tentang
masuknya Islam di Jambi menjadi kaya. Bahkan tutur di Tengah masyarakat juga
menyebutkan Islam berasal dari Turki.[3]
Banyak
versi yang dikemukakan tentang masuknya Islam ke Jambi , baik yang diperoleh
dari cerita tradisional maupun catatan resmi sejarah dan sumber lokal , dari
sumber lokal ketahui bahwa orang yang
pertama membawa Islam ke Jambi adalah seorang berkebangsaan Turki bernama Ahmad
Salim, beliau adalah seorang saudagar yang diutus oleh ayah nya dari Turki
untuk melakukan perdagangan ke Asia /Jambi.[4]
Dalam Makalah Drs. H. Abdul Kadir
Husein, M.Pd.I menyebutkan ketahui bahwa orang yang pertama membawa
Islam ke Jambi adalah seorang berkebangsaan Turki bernama Ahmad Salim, beliau
adalah seorang saudagar yang diutus oleh ayah nya dari Turki untuk melakukan
perdagangan ke Asia /Jambi. Ahmad Salim kemudian dikenal sebagai Datuk Paduko
Berhalo pada abad XV. Dia menikah dengan Putri Pinang Masak. Mohammad
Redzuan Othman menyebutkanya “Puteri Selaras.
Setelah itu, Ahmad Salim mulai
mengembangkan Agama Islam dan mengikis pengaruh agama Budha. Ahmad Salim diberi
gelar Datuk Paduko Berhalo dan beliau dianggap sebagai orang pertama
yang menyebarkan agama Islam di Jambi ( abad ke XV ).[5]
Didalam
“Undang-undang, Piagam dan Kisah Negeri Jambi” dijelaskan Orang Kayo Pingai
merupakan anak tertua. Sedangkan adiknya bernama Orang Kayo Kedataran, Orang
Kayo Hitam dan Orang Kayo Gemrik (perempuan). Namun M. Nasir Didalam
bukunya Keris Siginjei Mengenal budaya daerah Jambi justru
menyebutkan Orang Kayo Hitam adalah anak bungsu dari Datuk Paduko Berhalo dan
Putri Pinang Masak (Putri Selaras Pinang Masak).
Setelah
Orang Kayo Hitam wafat, ia di teruskan oleh putranya yang bernama pengeran
Hilang di Aek yang bergelar Penembahan Rantau Kapas (1515-1560). Setelah beliau
berhasil membangunan pondasi Islam, ahirnya pada abad ke XVII M berdirilah
kesultanan pertama di Jambi yang berdasarkan Islam dengan raja pertamanya
Sultan Abdul Kahar (1615-1643 M).[6]
Dalam
penggalan sejarah versi lain nya, Islam masuk ke Kota Jambi di bawa oleh
seorang Arab ‘Alawiyin bernama Habib Husein Al Baraqbah yang berasal dari kota
Tariem, Hadramaut, Yaman. Habib Husein Al Baraqbah dilahirkan pada tahun 1683 M
, Habib Husein Al Baraqbah berangkat dari Yaman menuju India. Dari India ke
Aceh kemudian ke Palembang. Di Palembang, ia menetap serta menikah dengan anak
pembesar kerajaan Palembang serta mendapat dua orang putra yaitu Habib Qosyim
bin Husein Baraqbah dan Syaid Abdullah (1706 M).[7]
3. HASIL PERADABAN (KEBUDAYAAN)
JAMBI
a.
Sistem Agama
Sebagian besar
masyarakat Jambi memeluk agama Islam, yang kemudian disusul dengan agama Budha
dan Kristen protestan. Mungkin ini juga karena dipengaruhi oleh warga pendatang
yang datang ke Jambi yang kebanyakan berasal dari keturunan Cina atau TiongHua.
Dalam tabel dibawah ini, dapat kita lihat persentase agama yang dianut
masyarakat Jambi.
b. Sistem Bahasa
b. Sistem Bahasa
Bahasa
Jambi adalah salah satu anak cabang bahasa Austronesia..Orang Jambi senang
menggunakan kata-kata arif serta pepatah-pepatah. Kata-kata kiasan umumnya
berpedoman pada alam sekitarnya. Ketinggian martabat seseorang juga dapat
ditandai dengan kemahirannya menggunakan kata-kata arif dan kiasan. Mereka
tidak mengenal adanya perbedaan bahasa yang menunjukkan stratifikasi sosial
dalam masyarakat.
Bila
didengarkan dengan seksama, maka bahasa Jambi terdengar hampir serupa dengan
bahasa Padang, yang selalu diakhiri dengan kata ”o”. Hal ini mungkin
dikarenakan suku Jambi dan suku Padang terletak dalam satu pulau yang sama
yaitu, Kepulauan Sumatra.
c.
Sistem Mata Pencaharian
Mata
pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berladang dan melaut Di Jambi
sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian
mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal
dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak
di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong.Sedangkan dalam hal
melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga
mencari dalam hal mencari hasil hutan. Usaha-usaha tambahan ini biasanya
dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya.Karena di
Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman
sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari
pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako
dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.[8]
Adapun hasil peradaban daerah jambi adalah sebagai berikut:
a. Budaya
1. Provinsi
Jambi berbagai budaya tetapi pada dasarnya berdasarkan budaya Melayu salah
satunya sepanjang Sungai Batanghari, masih bisa dilihat orang yang tinggal
di Rumah Panggung yang terbuat dari kayu lokal.
2. Batik dan Songket Jambi
memiliki karakteristik yang berbeda dari provinsi-provinsi lain di Indonesia
dengan karakteristik bunga-bunga.
3. Tari Rantak
Kudo disebut begitu karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda,
tarian ini dilakukan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci
dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti.
4. Tari
Sekapur Sirih dilakukan untuk menyambut tamu yang dihormati dan ditarikan oleh
remaja putri.
5. Tari
Serengkuh Dayung menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan
dan ditarikan oleh penari putri.
6. Tari
Baselang menceritakan tentang semangat gotong royong masyarakat desa dan
ditarikan putra putri
b. Suku
1. Suku
Kubu atau Suku Anak Dalam adalah salah satu suku bangsa
minoritas dan salah satu yang tertua yang hidup di pulau Sumatera, Kehidupan
mereka sekarang sangat mengenaskan seiring dengan hilangnya sumber daya hutan
yang berada di Jambi.
2. Suku
Batin sebagian besar tinggal di wilayah sepanjang sungai tambesi, sampai
saat ini Suku Batin masih mempertahankan adat istiadat berupa bangunan-bangunan
tua yang disebut “Kajang Lako” karena bentuk dari bubungan rumah mirip dengan
perahu.
3. Suku Kerinci
4. Suku Penghulu
c. Makanan Khas
1. Tempoyak merupakan
makanan yang berasal dari buah durian yang difermentasikan, dan bisa juga
dibuat Gulai Tempoyak.
2. Gulai Tepe
Ikan terbuat dari ikan gabus yang dihaluskan dan dicampur tepung dan
telur.
3. Malbi adalah
masakan gulai daging, namun memiliki citarasa manis karena dimasak dengan kecap
dan sedikit gula merah.
4. Gulai Ikan
Patin bisa dimasak dengan Tempoyak tetapi sebagian orang mengganti Tempoyak
dengan santan kelapa untuk menghindari baud an rasa Tempoyak yang cukup
menyengat.
5. Padamaran terbuat
dari tepung beras, santan dan gula merah sebagai pemanis. Bahan-bahan ini
kemudian ditempatkan di sebuah cup yang terbuat dari daun pisang lalu dikukus
hingga matang.
6. Nasi
Minyak adalah beras yang dimasak dengan susu, saus tomat, minyak samin dan
rempah-rempah, Nasi Minyak biasanya disajikan pada saat acara-acara khusus.
d. Tempat Wisata
1. Perkebunan Teh Kayu Aro
Perkebunan
ini dirintis tahun 1925 – 1928 oleh perusahaan Belanda NV HVA, perkebunan ini
tercatat sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia. Di tengah perkebunan
terdapat “Aroma Pecco” yang merupakan sebuah taman dengan sebuah kolam yang
pada zaman penjajahan Belanda dulu merupakan tempat penampungan air bagi
perkebunan teh.
2. Masjid Kuno Pondok Tinggi
Masjid
ini dibangun secara gotong royong oleh masyarakat dusun Pondok Tinggi pada
Tanggal 1 Juni 1874 dengan dinding terbuat dari anyaman bambu, tahun 1890
dindingnya diganti dengan kayu yang berukir bermotif berbagai bangsa Persia,
Romawi, Mesir dan motif lokal. Pembangunannya selesai pada tahun 1902,
keunikannya adalah arsitekur bangunan dengan mengikuti model masjid masa
lampau.
3. Danau Kerinci
Kita
dapat melihatnya dari daerah Pesanggrahan, Tanjung Hatta adalah tempat Bung
Hatta menikmati panorama Danau Kerinci dan menanam pohon disana. Desa Saleman
terdapat Rumah Laheik yang merupakan rumah khas Kerinci dan di sekitar Danau
Kerinci terdapat sejumlah batu berukir yang diduga peninggalan manusia megalit.
4. Arum Jeram Merangin
5. Taman Nasional Bukit Dua Belas
6. Taman Nasional Bukit 30
7. Hutan Harapan
8. Kota Seberang Jambi
Kota
Seberang akan dijadikan kawasan cagar budaya, karena dipisahkan oleh Sungai
Batanghari memiliki banyak nilai peninggalan sejarah dan budaya masa lampau,
diantaranya rumah tua yang berumur ratusan tahun yang berarsitektur China dan
Melayu. Pusat kerajinan batik Jambi juga terletak disini.[9]
4.
MASA KERAJAAN DAN PENYEBAB RUNTUH KERAJAAN JAMBI
a. Masa
kerajaan
Wilayah
Jambi dulunya merupakan wilayah Kerajaan Malayu, dan kemudian menjadi bagian
dari Sriwijaya. Pada akhir abad ke-14 Jambi merupakan
vasal Majapahit, dan pengaruh Jawamasih terus mewarnai kesultanan
Jambi selama abad ke-17 dan ke-18. Berdirinya kesultanan Jambi bersamaan dengan
bangkitnya Islam di wilayah itu. Pada 1616 Jambi merupakan pelabuhan terkaya
kedua di Sumatera setelah Aceh, dan pada 1670 kerajaan ini sebanding dengan
tetangga-tetangganya seperti Johor dan Palembang.
Namun
kejayaan Jambi tidak berumur panjang. Tahun 1680-an Jambi kehilangan kedudukan
sebagai pelabuhan lada utama, setelah perang dengan Johor dan konflik
internal.Tahun 1903 Pangeran Ratu Martaningrat, keturunan Sultan Thaha, sultan
yang terakhir, menyerah Belanda. Jambi digabungkan dengan keresidenan
Palembang.Tahun 1906 kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh
pemerintah Hindia Belanda.
Kerajaan
jambi berulang kali diserang oleh Kerajaan Colamandala dari India yang
diperintah oleh Raja Rajendracoladewa. Kerajaan taklukan jambi (Ligor,
Tanah Genting Kra, Kelantan, Pahang, dan Sunda) banyak yang
melepaskan diri dari jambi.Terdesak oleh perkembangan kerajaan di Thailand yang
meluaskan pengaruhnya ke arah selatan.
Mundurnya
perekonomian dan perdagangan Kerajaan jambi
karena bandar-bandar pentingnya sudah melepaskan diriAdanya serangan dari
Raja Dharmawangsa 990 M.Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja
Kertanegara, 1275 – 1292.Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra
Pasai.Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah
Mahapatih Gajah Mada tahun 1477.[10]
b.
Penyebab runtuhnya kerajan di jambi
1.
Serangan bertubi2 dari
Kerajaan Colamandala (India)
2.
Kerajaan taklukan
jambi (Ligor, Tanah Genting Kra, dll) banyak yang melepaskan diri dari Kerjaan
Jambi
3.
Terdesak oleh kerajaan
di Thailand yang meluaskan pengaruhnya ke arah selatan
4.
Mundurnya perekonomian
dan perdagangan Kerajaan Jambi karena bandar-bandar pentingnya sudah
melepaskan diri
5.
Adanya serangan dari
Raja Dharmawangsa 990 M
6.
Muncul dan
berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai
7.
Adanya serangan dari
kerajaan Majapahit
8.
Pengkhianatan yang
dilakukan VOC[11]
5. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI KOTA
JAMBI
Kemunculan
dan perkembangan institusi pendidikan swasta dikelola secara mandiri atau
swadaya oleh penduduk di Kota Jambi telah dimulai pada periode Islam. Penduduk
di kawasan petjinan seberang Sungai Batanghari bahkan telah mendirikan beberapa
madrasah dengan corak pendidikan Islam. Beberapa madrasah yang dimaksud yaitu Madrasah
Nurul Iman (pimpinan Haji Ibrahim) di Kampung Tengah, Nurul Islam (pimpinan
Haji Ahmad) di Tanjung Pasir, Sa’adatud Daraian (pimpinan Haji Usman) di
Takhtul Yaman, dan Djauharin (pimpinan Haji Majad) di Tanjung Johor.
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan pendidikan
Islam di Jambi adalah faktor masyarakat dan adat istiadat, faktor agama, dan pendidikan baik
sendiri sendiri maupun juga saling berhubungan turut mempengaruhi usaha perkembangan
pendidikan Islam di Jambi.
a.
Faktor kebudayaan dan adat istiadat
dan Kebudayaan mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat
dan kemampuan - kemampuan yang lain dan
juga kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
b.
Faktor Kepercayaan
Sebelum agama Islam masuk daerah Jambi, masyarakat Jambi menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Kemudian dengan masuknya agama Budha Hinayana pada buruk saya M yang disusul Budha Mahayana, dan berkembang pesat pada akhir buruk VII M, karena menjadi
agama Raja Jambi sehingga banyak
masyarakat yang yang mengikutinya. Pada abad XI
masyarakat melayu Jambi bangkit kembali dan raja-raja Melayu masih
menganut agama Budha atau Hindu sampai datangnya Ahmad Salim ganti kekuasaan
Kerajaan kerajaan melayu XIV ATAU
XV M masa itu sampai jambi di kuasai
oleh Belanda raja – raja Jambi merupakan penganut agama Islam yang tangguh
sehingga Kerajaan Jambi berubah menjadi kerajaan Islam dengan kesultanan Jambi.
c.
Faktor Keadaan Pendidikan
Kesadaran agama secara fanatis di kalangan masyarakat Jambi tersebut dalam
pengkocokan telah Atur garis
dasar batas antara masyarakat Jambi yang Muslim dengan
orang-orang Belanda yang kafir. Pendidikan modern yang diperkenalkan
Belanda.pada masa ini tidak begitu saja diterima oleh masyarakat Jambi, karena
di mata masyarkat jambi pendidikan modern itu adalah pendidikan kafir yang akan
menjadikan anak-anak mereka menjadi kaki
tangan kafir.
Semua
madrasah ini didirikan oleh Perukunan Tsamaratul Insan sejak tahun 1915 - 1930
an, sebenarnya lebih berbentuk pondok pesantren, yaitu suatu penggabungan
anatara sekolah dengan pengajaran agama secara inklusif dalam kehidupan bersama
antara guru dengan siswa (kyai dan santri). Semua madrasah ini terletak di
kawasan Jambi seberang yang dulu menjadi bagian dari Onderafdeeling Jambi. Adapun materi pelajaran
yang diberikan aníllala ajaran tentang keislaman saja seperti tauhid, fiqh,
dakwah, hadis, dan Al-Qur’an. Para santri yang belajar di sana berasal dari
kampung sekitar mulai dari Kampung Tengah, Jelmu, Mudung Laut, Takhtul Yaman,
Olak Kemang, Tanjung Pasir, dan Ulu Gedong. Selain itu juga ada santri yang
berasal dari luar Jambi seperti dari Sarolangun, Rengat, Tembilahan, Riau
Daratan, dan Palembang.[12]
Kedatangan
bangsa kolonial membawa pengaruh yang tidak kecil terhadap proses pendidikan dan pengajaran
Islam. Hal ini dipengaruhi oleh misi ganda yang dibawa oleh bangsa kolonial,
yaitu imperialismo dan kristenisasi. Dalam rangka menjalankan misi yang kedua
yaitu kristenisasi itulah, tampaknya pemerintah kolonial belanda memberlakukan
berbagai kebijakan yang tidak berpihak kepada penduduk pribumi yang mayoritas
muslim. Dibidang pendidikan, Belanda melakukan pembaharuan pendidikan dengan
memperkenalkan sistem dan metode baru. Namun apa yang mereka sebut pembaharuan
pendidikan itu tidak lain adalah westernisasi dan kristenisasi. Sejak Belanda
menguasai Indonesia. Secara politik, bangsa kolonial itu berkuasa mengatur
pendidikan dan kehidupan beragama penduduk pribumi. Kebijakan Belanda dalam
mengatur terutama kepentingan agama kristen. Dalam kebijakan pendidikan
ditetapkan bahwa sekolah-sekolah kristen sebagai sekolah pemerintah, dan
mendirikan satu sekolah agama kristen disetiap daerah keresidenan. Sementara
urusan pendidikan dan keagamaan diatur di bawah satu departemen. Selain itu
pemerintah Belanda juga telah membentuk suatu badan khusus yang bertugas
mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yaitu priesterraden. Campur
tangan Pemerintah Kolonial Belanda terhadap proses pendidikan dan penggunaan
Islam itu terus berlanjut hingga masa-masa berikutnya.
Perkembangan
pendidikan Islam yang cukup pesat saat itu membuat pemerintah Kolonial Belanda
sedikit sedikit gerah. Akibatnya Belanda merasa perlu membuat kebijakan yang
mengatur gerak langkah umat Islam dalam bidang pendidikan ini. Kebijakan itu
tertuang dalam ordonansi guru yang dikeluarkan pertama kali pada tahun 1905
yang berisi kewajiban bagi setiap orang yang akan memberikan pengajaran atau
pengajian agama Islam untuk terlebih dulu meminta ijin kepada pemerintah Belanda.
Peraturan yang hampir sama dikeluarkan pada tahun 1925 yang berisi aturan
tentang keharusan orang-orang (guru agama) yang mengajarkan agama untuk
melaporkan diri kepada Pemerintah Belanda. Lebih dari itu, pada tahun 1932
dikeluarkan untuk memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak
memiliki ijin atau memberikan pelajaran yang tidak disukai yang disebut
ordonansi sekolah liar (wilde school ordonantie). Untuk yang berkaitan dengan
pengajaran agama (Islam), pemerintah Kolonial Belanda membuat kebijakan yang
mengacu pada dua prinsip, yaitu pertama, tidak membenarkan pengajaran agama
pada sekolah-sekolah umum pemerintah, kedua sekolah partikelir dibenarkan
memberikan tambahan pelajaran agama, sepanjang orang tua murid tidak keberadaan
anaknya mengikuti pelajaran agama tersebut.[13]
PENUTUP
BAB III
a. Kesimpulan
orang
yang pertama membawa Islam ke Jambi adalah seorang berkebangsaan Turki bernama
Ahmad Salim, beliau adalah seorang saudagar yang diutus oleh ayah nya dari
Turki untuk melakukan perdagangan ke Asia /Jambi. Ahmad Salim kemudian dikenal
sebagai Datuk Paduko Berhalo pada abad XV. Dia menikah dengan Putri Pinang
Masak. Mohammad Redzuan Othman menyebutkanya “Puteri Selaras.
Adapun hasil dari peradaban Jambi ialah budaya
seperti tari sekapur sirih, rantak kudo, seperti suku ialah suku Kerinci, suku
Kubu dan ada juga tempat wisata seperti kayu aro, meseum negeri Jambi dan
lainnya.
Perkembangan
pendidikan Islam yang cukup pesat saat itu membuat pemerintah Kolonial Belanda
sedikit sedikit gerah. Akibatnya Belanda merasa perlu membuat kebijakan yang
mengatur gerak langkah umat Islam dalam bidang pendidikan ini.
b. Saran
Adapun saran yang dapat saya
sampaikan yaitu kita sebagai masyarakat melayu Jambi bagaimana cara untuk
melestarikan budaya Jambi itu sendiri, bahwa banyaknya terdapat unsur-unsur
kebudayaan itu sendiri yang sangat menarik dan bias untuk di jadikan berita
utama.
Sebagai
penutup, tentu masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, untuk itu
perlu nya kritik dan saran yang sangat membangun untuk koreksi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar